Oleh
Alinz Cattery pada 11
Juli 2014 pukul 0:39
HERNIA
ABDOMINAL
Laparotomi
berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berarti
perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat
didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah
lain untuk laparotomi adalah celiotomi.( Fossum, 2002)
Laparotomi
terdiri dari tiga jenis yaitu laparotomi flank, medianus dan paramedianus.
Masing-masing jenis laparotomi ini dapat digunakan sesuai dengan fungsi, organ
target yang akan dicapai, dan jenis hewan yang akan dioperasi. Umumnyapada
hewan kecil laparotomi yang dilakukan adalah laparotomi medianus dengan daerah
orientasi pada bagian abdominal ventral tepatnya di linea alba.
Keuntungan
penggunaan teknik laparotomi sentral adalah tempat penyayatan mudah ditemukan
karena adanya garis putih (linea alba) sebagai penanda, sedikit terjadi
perdarahan dan di daerah tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun kerugian
yang dapat terjadi dalam penggunaan metode ini adalah mudah terjadi hernia jika
proses penjahitan atau penangan post operasi kurang baik dan persembuhan yang
relatif lama.
Kata
hernia pada hakekatnya berarati penonjolan suatu kantung poriteneum, suatu
organ, hal ini terjadi akibat keluarnya organ jaringan melalui lubang atau
celah menuju rongga lain. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik (lapisan otot) dinding
perut. Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong, dan isi hernia.
TINJAUAN
PUSTAKA
Hernia
Hernia
merupakan protusi/penonjolan isi rongga melalui defec atau bagian lemah dari
dinding rongga, Serta keluarnya organ jaringan tersebut melalui lubang atau
celah menuju rongga lain (secara congenital / Aquisital). Terdapat beberapa
poin penting dalam hernia, yaitu : defek/bagian yang lemah dari dinding rongga,
kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia(Rahman, 2010).
Hernia
terdiri dari cincin, isi dan kantong hernia. Cincin hernia adalah suatu lubang
pada kantong tempat isi hernia masuk ke dalam kantong. Cincin ini dapat
disebakan oleh trauma (seperti hernia ventralis), congenital (seperti pada
hernia umbilikalis), atau berupa bagian distal dari suatu saluran (seperti pada
hernia inguinalis lateralis) (Tjahjadi, 2009).
Pembahagian
Hernia
Secara
klinis hernia dibagi menjadi a). hernia reponabilis yaitu dapat
dimasukkan embali tanpa operasi, b). hernia irreponabilis yaitu hernia tidak
dapat kembali tanpa harus dioperasi (strangulasi), dan c). hernia
ingkarserata adalah hernia irreponabilis disertai gejala illeus, akibat
mengalami perlengketan. Berdasarkan dapat tidaknya hernia terlihat dari
luar, maka hernia dapat dibagi menjadi hernia interna dan hernia eksterna
(Tjahjadi, 2009)
Menurut
(Tjahjadi, 2009) hernia yang terbentuk berdasarkan letak anatomis tempat hernia
tersebut terbentuk, maka hernia dapat dibagi atas hernia diafragmatika, hernia
pelvika, hernia umbilikalis, hernia inguinalis lateralis (yang apabila
berlanjut menjadi hernia skrotalis), hernia inguinalis medialis, hernia
kruralis, hernia perinealis, dan hernia ventralis. Sedangkan berdasarkan
isinya, hernia dapat dibagi atas enterokel (berisi usus dan mesenterium), epiplokel
(berisi omentum), entero epiplokel, gastrokel (berisi lambung).
a)
Hernia diafragmatika
Hernia
interna ini lebih sering disebabkan trauma yang menyebabkan diafragma lemah
atau robek. Sering terjadi pada anjing dan kucing karena perutnya tergilas
kendaraan. Apabila dasarnya kelainan congenital, maka cincin hernianya adalah
foramen sinistrum. Isi hernia dapat berupa omentum saja atau hati, lambung, dan
limpa. Apabila isi hernia cukup besar maka disamping sesak, perut akan terlihat
kempis. Perabaan perut akan menunjukkan adanya bahagian yang kosong; perkusi
paru akan menunjukkan bunyi bahagian yang kosong; perkusi paru akan menunjukkan
bunyi pekak dan auskultasi paru akan memperdengarkan bising dan apabila isinya
usus, maka akan terliat bayangannya dalam rongga dada pada foto roentgen.
Diagnosis
isi hernia diafragmatika sukar, terlebih apabila isinya omentum. Sesak
yang
ditimbulkan hernia ini harus didiagniosis banding dengan penyebab sesak yang
lain. Untuk mengurangi rasa sakit, maka hewan akan mengambil posisi dengan
menekuk kaki belakang dan meluruskan kaki depan, seperti posisi anjing duduk.
Operaasi segera dilakukan apabila terdapat kelainan pernapasan atau telah
mengalami ingkarserrata.
b)
Hernia pelvika
Hernia
interna ini disebut juga hernia intra-abdominal atau hernia peritoneal. Cicin
hernia terbentuk dari rupture membrane serosa yang menggantung funiculus
spermatikus di daerah lumbal dan pelvis superolateral. Hernia dapat pula
terjadi oleh kontusi funikulus spermatikus setelah dilakukan kastrasi sehingga
sebahagian usus terperangkap antara funiculus yang melekat pada dasar perut
dengan dinding perut. Rupturnya membrane serosa disebabkan oleh kontraksi
funiculus yang terlalu kuat pada waktu melakukan kastrasi. Hernia ini terjadi
di bahagian kanan perut Karena bahagian kiri perut terhalang oleh rumen.
Diagnosis hernia pelvika sukar, umunya baru diketahui pada waktu operasi karena
mengalami ingkarserata.
c).
Hernia Umbilikalis
Hernia
ini selalu bersifat congenital, karena adanya lubang dipusat yang belum menutup
pada saat hewan dilahirkan. Sering ditemukan pada anak sapi. Cicin hernia
umbilikalis ini kecil dan kulit pusat tebal sehingga kantong terbentuk tidak
begitu besar. Oleh Karena itu isi kantong umumnya omentum bukannya usus.
Hernia
umbilikalis umumnya didiagnosis banding dengan omfalokel, yaitu suatu kalainan
di daerah pusat karena kulit di daerah tersebut tidak menyatu sehingga isi
perut yang dilapisi amnion (apabila amniaon belum pecah) tampak dari luar.
Apabila hernia segera diketahui pada bulan-bulan pertama kelahiran, maka
benjolan hernia ditekan kedalam rongga perut dengan suatu lempeng logam yang
difiksir ke kulit disekitarnya. Apabila telah usia satu tahun cicin hernia
tidak lebih longgar dari satu jari, maka cukup diobservasi saja.
Herniotomi
dilakukan apabila cicin hernia cukup longgar ataupun hernia telah menunjukkan
tanda-tanda penjepitan. Gejala ileus obstruksi akan terlihat apabila ususnya
terjepit, sedangkan jika hanya omentum yang terjepit maka ditemukan massa yang
keras dan berwarna merah.
d)
Hernia Inguinalis Lateralis
Hernia
ini disebut juga Hernia inguinalis indirect, karena isi hernia harus melalui
kanalis inguinalis lebih dahulu sebelum masuk kedalam kantong hernia. Dapat
disebabkan oleh factor congenital Karen tetap terbentuknya prosesus vaginalis
pada saat hewan dilahirkan.
Pada
hernia reponibilis, setelah isi hernia didorong secara perlahan kedalam perut
maka ujung jari akan dapat meraba cincin hernia yang longgar. Apabila jari
tetap di cincin hernia dan oleh suatu sebab tekanan dalam perut meninggi, maka
ujung jari tersebut akan dapat merasakan tekanan atau desakan dari usus atau
organ lain yang akan memasuki kantong hernia. Hernia ini jarang akan menutup
sendiri, kantong hernia cenderung terus membesar. Tindakan permanent adalah
melakukan herniotomi.
e)
Hernia Inguinalais Medialis
Hernia
ini tidak memlalui kanalis inguinalis sehingga disebut juga sebagai hernia
inguinalis dirct. Kantong hernia berada di luar tunika vaginalis, cincin hernia
terdapat di depan annulus inguinalis eksternus. Benjolan hernia terdapat di
lebih proksimal dan lebih jauh dari ligamentum inguinalis, dibandingkan dengan
hernia inguinalis lateralis. Heria ini jarang menyebabkan ingkarserata.
f
) Henia Kruralis
Hernia
ini melelui arkus krurralis jarang pada hewan. Terdapat di bahagian dalam
(medial) paha antara otot sartorius dan grasilis. Apabila memerlukan operasi
(herniotomi), hati-hati terhadap kemungkinan terpotongnya arteri femoralis yang
berada dekat dengan cicin hernia.
g)
Hernia Perinealis
Hernia
ini ditemuak dekat anus atau vulva, antara ekor dengan tuberkulum iskhadikum.
Hernia yang sering pada anjing tua ini biasanya mengandung buih-buih di
dalamnya. Factor pencetus hernia ini adalah tekanan dalam perut yang sering
meninggi, misalnya karena terdapat obstipasi atau pembesaran prostate.
h)
Hernia Ventralis
Adalah
hernia pada dinding perut, selain hernia inguinalis dan hernia umbilikalis.
Kelemahan dinding perut yang mengakibatkan hernia ini sering disebabkan oleh
trauma, atau kehamilan yang menyebabkan peninggian tekanan dalam rongga perut.
Hernia ventralis jarang mengakibatkan ingkarserrata.
Diagnosa
Diagnosa
didasarkan dengan inspeksi dan palpasi pada daerah abdomen yang membengkak
yang mengalami hernia dan adanya cincin hernia, tetapi untuk mendukung
diagnosa menjadi lebih tepat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan USG
(Ultra Sound Grafik) maupun dengan menggunakan foto X-Ray (Williams, 1997).
Gejala
Klinis
Bagian
abdomen kucing terlihat membesar dan mengeras. Pada daerah yang membesar
tersebut dapat direposisi melalui suatu lubang yang membentuk cincin di bagian
abdomen. Pada bagian medianus abdomen, terdapat jahitan bekas operasi.
RIWAYAT
PASIEN
Kucing
lokal (Felis domesticus) umur 2 tahun jenis kelamin betina dengan berat badan
3,9 kg, tempramen jinak, pernah dilakukan laparotomy medianus posterior saat
operasi pengangkatan ovarium (ovarectomy), seminggu pasca operasi
mengalami pembengkakan pada bahagian abdomen tepatnya pada daerah bekas luka
jahitan.
Pesiapan
Operasi
Sebelumnya
hewan di premidikasi dengan antropin sulfate dengan dosis 0,04 mg/kg bb dan 10
menit kemudian di anastesi dengan xylazine 2% dengan dosis 1 mg/kg bb yang di
kombinasikan dengan ketamin 10% dengan dosis 10 mg/kg bb secara IM, selama
operasi berlangsung pasien di kontrol frekuensi pulsus dan nafasnya.
Teknik
Operasi
Hewan
di letakkan dengan posisi dorsal recombency, dilakukan penyayatan di daerah
abdomen dengan teknik laparotomi medianus posterior. Penyayatan dilakukan pada
linea alba (medianus), 3-5 cm di posterior umbilikalis. Lapisan kulit disayat
menggunakan scalpel. Sayatan bersifat lurus dan langsung (tidak terputus)
sepanjang 2-3 cm. Lapisan subkutis dipreparir kemudian dijepit menggunakan alis
forcep bersama kulit. Penjepitan dilakukan pada masing-masing ujung sayatan.
Lubang dilebarkan menggunakan scissors blun-sharp. Cincin hernia dicari dan
tepi kedua belah cincin di lakukan debridement sebelum di jahit, kemudian
organ-organ yang keluar dari cincin tersebut dimasukkan kembali dan rongga
abdomen diberi antibiotik penstrep secara tropical. Ujung tepi sayatan di
lakukan debridemant dan disemprotkan H2O2 3% , Peritoneum dijahit menggunakan
jarum bundar, dengan pola jahitan simple interrupted mengunakan silk 3/0.
Ujung-ujung otot abdominal dijahit menggunakan jarum bundar dengan pola jahitan
simple continous dengan menggunakan benang cat gut chromic 3/0. Kulit dan
subkutis dijahit menggunakan jarum segitiga dengan pola jahitan simple
interrupted dengan benang nilon. daerah jahitan di desenfeksi dengan Iodin
tincture 3% dan di taburkan wonder dust dengan salap zinc oxytetracyclin.
Pasang Elizabeth coller dan ditempatkan di kandang yang bersih. injeksi
Penstrep 0,5 cc dan Vit becomplek 0,5 cc intramuscular.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
status present, bagian abdomen kucing membesar dan ada bagian yang menonjol di
abdominal umbilical. Di bagian ventral yang menonjol tersebut terdapat cincin
dan ketika dilakukan palpasi, jaringan yang berada di dalam lubang cincin dapat
keluar-masuk. Pada bagian umbilicalis ventral, terdapat bekas luka sayatan dan
jahitan. kondisi tersebut dikarenakan kucing ini sebelumnya pernah dilakukan
tindak operasi pada bagian abdomen. Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kucing tersebut mengalami hernia
abdominalis. Keadaan fisiologis kucing (denyut jantung, nafas dan suhu tubuh)
berada dalam kisaran normal, dengan demikian kucing layak untuk dilakukan
tindak operasi.
Setelah
penyayatan melewati bagian otot-otot abdomen, terlihat rongga abdomen berisi
usus yang keluar dari lapisan peritoneum. Pertama-tama usus dikeluarkan
terlebih dahulu dari rongga abdomen untuk mencari cincin hernia. Setelah
diamati ternyata cincin hernia telah mengalami pelebaran dan lapisan peritoneum
dan omentum mengalami penipisan. Kondisi seperti ini mempersulit proses
pencarian batas-batas cincin hernia. Usus kembali dimasukkan ke rongga abdomen
kemudian ujung-ujung peritoneum dan omentum diambil dan difiksir menggunakan
alis forcep sehingga orientasi titik-titik penjahitan dapat terlihat jelas.
Sebelum dilakukan penjahitan, disemprotkan penstrep cair secara topikal
secukupnya ke dalam rongga abdomen untuk mencegah infeksi.
Diagnosa
hernia perlu memperhatikan signalemen, anamnese, dan temuan klinis. Pada
umumnya hewan yang mengalami hernia abdominalis atau umbilikalis adalah hewan
muda (Hedlund et al. 2002). Hernia terjadi 90% pada hewan muda dan bersifat
kongenital. Sisanya disebabkan oleh trauma yang dialami hewan tersebut (Foster
2009). Diagnosa hernia dapat dilakukan melalui palpasi dengan menemukan cincin
hernia pada kucing dimana organ dari dalam rongga abdominal akan keluar. Bila
diinspeksi, terlihat adanya benjolan akibat usus yang keluar dibawah kulit
melewati cincin (Primovic 2009).
Tindakan
bedah merupakan satu-satunya terapi yang tepat untuk mencegah terjadinya
hernia. Tindakan bedah dilakukan dengan cara menjahit lubang atau cincin hernia
(Foster 2009). Menurut Rahman (2010), terdapat beberapa metode untuk
memperbaiki hernia, yaitu: 1).Perbaikan secara tradisional yaitu insisi
dilakukan di atas lokasi hernia. Jaringan yang keluar dikembalikan kembali ke
dalam ruang abdomen. Kantong dilepaskan dan jaringan yang kuat dijahit diatas
kerusakan. Tipe perbaikan ini dapat menyebabkan tekanan dan jaringan yang
dijahit diatasnya dapat menyebabkan rasa sakit. Kemungkinan terulangnya hernia
juga tinggi. 2). Perbaikan tanpa tegangan yaitu Sebuah lubang khusus digunakan
untuk memperbaiki daerah yang lemah. Prosedur ini dapat memperbaiki area yang
rusak tanpa adanya tekanan pada jaringan. 3). Laparoskopi yaitu Pada
laparoskopi, dilakukan insisi yang kecil pada abdomen. Melalui lubang tersebut
dilakukan operasi perbaikan hernia.
Tindakan
bedah yang dilakukan adalah operasi hernia dengan orientasi laparotomi medianus
posterior. Sayatan pada daerah orientasi dilakukan tepat di bekas jahitan
operasi sebelumnya. Proses penyayatan kulit dan subkutis dapat dilakukan dengan
lancar. Pada kasus hernia ini, bagian otot pada daerah sayatan telah melekat
dengan kulit. Hal ini disebabkan kondisi kucing yang kemungkinan sebelumnya
pernah dilakukan operasi pada daerah abdomen dan terjadi perlukaan pada daerah
otot-otot abdomen, sehingga pada saat proses persembuhannya bagian subkutis
dengan otot abdomen menyatu.
Lepasnya
jahitan pada peritoneum menjadi penyebab terjadinya hernia hal ini di buktikan
Saat dilakukan laparotomy medianus pada daerah abdomen tempat dimana pernah
dilakukan tindakan operasi ovarectomy seminggu sebelum terjadi hernia.
Pada
operasi laparotomi medianus titik sayatan pada linia alba abdominal lebih memiliki
banyak resiko untuk terjadi hernia abdominal dari pada titik operasi pada
daerah flank hal ini karena tekanan tinggi pada daerah peritoneum yang dapat
menyebabkan robeknya tepi jahitan pada jaringan peritoneum sebelum kedua tepi
bersatu. Menurut Wind dan Rich (1987) Kurangnya vaskularisasi pada peritoneum
mengakibatkan lamanya pembentukan kolagen dan proses angiogenesis pada kedua
tepi peritoneum yang menyebabkan jaringan bersifat hipoksi. Sehingga di
butuhkan jahitan bantu untuk mengurangi tegangan pada peritoneum dan
menggunakan benang yang lama diserap (low absorbable) ataupun yang tidak di
serap (non absorbable).
Sebelum
dilakukan operasi, kucing diberikan obat preanastesi dengan menyuntikkan
atropin intrasubcutan untuk mencegah terjadinya muntah. Atropin termasuk
antimuskarinik agen, yang bekerja dengan cara menurunkan kontraksi otot polos,
sehingga digunakan sebagai preanastetik untuk mencegah atau mengurangi sekresi
saluran pernafasan dan mencegah muntah. Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua
spesies hewan. Ketamin bersama xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada
kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus (Sardjana
dan Kusumawati 2004). Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula
kerja obat 1-5 menit, lama kerja obat 30-40 jam dan recovery lama, 100-150
menit (Lumley 1990). Menurut Kumar (1997) dosis ketamin pada anjing dan kucing
ialah 10-20 mg/kg diberikan secara intramuskular. Menurut Sardjana dan
Kusumawati (2004) Xylazine menimbulkan efek relaksasi muskulus dan analgesi.
Sedangkan ketamin menyebabkan pendepresan kardiovaskuler dan respirasi .
Menurut
Kumar (1996), obat-obatan preanastesi digunakan untuk mempersiapkan pasien
sebelum pemberian agen anestesi baik itu anastesi lokal, regional ataupun umum.
Tujuan pemberian agen preanestesi tersebut adalah untuk mengurangi sekresi
kelenjar ludah, meningkatkan keamanan pada saat pemberian agen anestesi,
memperlancar induksi anestesi, mencegah efek bradikardi dan muntah setelah
ataupun selama anestesi, mendepres reflek vagovagal, mengurangi rasa sakit dan
gerakan yang tidak terkendali selama recovery. Ganiswara (2001) menambahkan
atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau
parasimpatolitik. Atropin sebagai prototip antimuskarinik mempunyai kerja
menghambat efek asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot
polos. Hambatan ini bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian
asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase.
KESIMPULAN
Keadaan
hernia abdominalis pada ventral abdomen dapat dikembalikan masuk ke rongga
abdomen dengan sempurna. Karena kucing terlalu aktif, pada hari ke-2 post
operasi ovarectomy, terjadi pembesaran bagian abdomen dan teraba lubang hernia.
Dari proses terapi operasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kondisi
jaringan peritoneum dan otot abdomen kucing yang menipis dan rapuh menyebabkan
terlepasnya jahitan pada peritoneum.
Pada
operasi laparotomi medianus titik sayatan pada linia alba abdominal lebih
memiliki banyak resiko untuk terjadi hernia abdominal dari pada titik
operasi pada daerah flank hal ini karena tekanan tinggi pada daerah peritoneum
yang dapat menyebabkan robeknya tepi jaahitan pada jaringan peritoneum sebelum
kedua tepi bersatu. Kurangnya vaskularisasi pada peritoneum mengakibatkan
lamanya pembentukan kolagen dan proses angiogenesis pada kedua tepi peritoneum
yang menyebabkan jaringan bersifat hipoksi. Sehingga di butuhkan jahitan bantu
untuk mengurangi tegangan pada peritoneum dan menggunakan benang yang lama
diserap (low absorbable) ataupun yang tidak di serap (non absorbable).