Jumat, 05 September 2014

Hernia pada Kucing



HERNIA ABDOMINAL



Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berarti perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah celiotomi.( Fossum, 2002)

Laparotomi terdiri dari tiga jenis yaitu laparotomi flank, medianus dan paramedianus. Masing-masing jenis laparotomi ini dapat digunakan sesuai dengan fungsi, organ target yang akan dicapai, dan jenis hewan yang akan dioperasi. Umumnyapada hewan kecil laparotomi yang dilakukan adalah laparotomi medianus dengan daerah orientasi pada bagian abdominal ventral tepatnya di linea alba.

Keuntungan penggunaan teknik laparotomi sentral adalah tempat penyayatan mudah ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai penanda, sedikit terjadi perdarahan dan di daerah tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun kerugian yang dapat terjadi dalam penggunaan metode ini adalah mudah terjadi hernia jika proses penjahitan atau penangan post operasi kurang baik dan persembuhan yang relatif lama.

Kata hernia pada hakekatnya berarati penonjolan suatu kantung poriteneum, suatu organ, hal ini terjadi akibat keluarnya organ jaringan melalui lubang atau celah menuju rongga lain. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik (lapisan otot) dinding perut. Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong, dan isi hernia.


TINJAUAN PUSTAKA

Hernia

Hernia merupakan protusi/penonjolan isi rongga melalui defec atau bagian lemah dari dinding rongga, Serta keluarnya organ jaringan tersebut melalui lubang atau celah menuju rongga lain (secara congenital / Aquisital). Terdapat beberapa poin penting dalam hernia, yaitu : defek/bagian yang lemah dari dinding rongga, kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia(Rahman, 2010).

Hernia terdiri dari cincin, isi dan kantong hernia. Cincin hernia adalah suatu lubang pada kantong tempat isi hernia masuk ke dalam kantong. Cincin ini dapat disebakan oleh trauma (seperti hernia ventralis), congenital (seperti pada hernia umbilikalis), atau berupa bagian distal dari suatu saluran (seperti pada hernia inguinalis lateralis) (Tjahjadi, 2009).

Pembahagian Hernia

Secara klinis hernia dibagi menjadi a).  hernia reponabilis yaitu dapat dimasukkan embali tanpa operasi, b). hernia irreponabilis yaitu hernia tidak dapat kembali tanpa harus dioperasi (strangulasi), dan c). hernia ingkarserata  adalah hernia irreponabilis disertai gejala illeus, akibat mengalami perlengketan. Berdasarkan dapat  tidaknya hernia terlihat dari luar, maka hernia dapat dibagi menjadi  hernia interna dan hernia eksterna (Tjahjadi, 2009)

Menurut (Tjahjadi, 2009) hernia yang terbentuk berdasarkan letak anatomis tempat hernia tersebut terbentuk, maka hernia dapat dibagi atas hernia diafragmatika, hernia pelvika, hernia umbilikalis, hernia inguinalis lateralis (yang apabila berlanjut menjadi hernia skrotalis), hernia inguinalis medialis, hernia kruralis, hernia perinealis, dan hernia ventralis. Sedangkan berdasarkan  isinya, hernia dapat dibagi atas enterokel (berisi usus dan mesenterium), epiplokel (berisi omentum), entero epiplokel, gastrokel (berisi lambung).

a) Hernia diafragmatika

Hernia interna ini lebih sering disebabkan trauma yang menyebabkan diafragma lemah atau robek. Sering terjadi pada anjing dan kucing karena perutnya tergilas kendaraan. Apabila dasarnya kelainan congenital, maka cincin hernianya adalah foramen sinistrum. Isi hernia dapat berupa omentum saja atau hati, lambung, dan limpa. Apabila isi hernia cukup besar maka disamping sesak, perut akan terlihat kempis. Perabaan perut akan menunjukkan adanya bahagian yang kosong; perkusi paru akan menunjukkan bunyi bahagian yang kosong; perkusi paru akan menunjukkan bunyi pekak dan auskultasi paru akan memperdengarkan bising dan apabila isinya usus, maka akan terliat bayangannya dalam rongga dada pada foto roentgen.

Diagnosis isi hernia diafragmatika sukar, terlebih apabila isinya omentum. Sesak

yang ditimbulkan hernia ini harus didiagniosis banding dengan penyebab sesak yang lain. Untuk mengurangi rasa sakit, maka hewan akan mengambil posisi dengan menekuk kaki belakang dan meluruskan kaki depan, seperti posisi anjing duduk. Operaasi segera dilakukan apabila terdapat kelainan pernapasan atau telah mengalami ingkarserrata.

b) Hernia pelvika

Hernia interna ini disebut juga hernia intra-abdominal atau hernia peritoneal. Cicin hernia terbentuk dari rupture membrane serosa yang menggantung funiculus spermatikus di daerah lumbal dan pelvis superolateral. Hernia dapat pula terjadi oleh kontusi funikulus spermatikus setelah dilakukan kastrasi sehingga sebahagian usus terperangkap antara funiculus yang melekat pada dasar perut dengan dinding perut. Rupturnya membrane serosa disebabkan oleh kontraksi funiculus yang terlalu kuat pada waktu melakukan kastrasi. Hernia ini terjadi di bahagian kanan perut Karena bahagian kiri perut terhalang oleh rumen. Diagnosis hernia pelvika sukar, umunya baru diketahui pada waktu operasi karena mengalami ingkarserata.

c). Hernia Umbilikalis

Hernia ini selalu bersifat congenital, karena adanya lubang dipusat yang belum menutup pada saat hewan dilahirkan. Sering ditemukan pada anak sapi. Cicin hernia umbilikalis ini kecil dan kulit pusat tebal sehingga kantong terbentuk tidak begitu besar. Oleh Karena itu isi kantong umumnya omentum  bukannya usus.

Hernia umbilikalis umumnya didiagnosis banding dengan omfalokel, yaitu suatu kalainan di daerah pusat karena kulit di daerah tersebut tidak menyatu sehingga isi perut yang dilapisi amnion (apabila amniaon belum pecah) tampak dari luar. Apabila hernia segera diketahui pada bulan-bulan pertama kelahiran, maka benjolan hernia ditekan kedalam rongga perut dengan suatu lempeng logam yang difiksir ke kulit disekitarnya. Apabila telah usia satu tahun cicin hernia tidak lebih longgar dari satu jari, maka cukup diobservasi saja.

Herniotomi dilakukan apabila cicin hernia cukup longgar ataupun hernia telah menunjukkan tanda-tanda penjepitan. Gejala ileus obstruksi akan terlihat apabila ususnya terjepit, sedangkan jika hanya omentum yang terjepit maka ditemukan massa yang keras dan berwarna merah.

d) Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia ini disebut juga Hernia inguinalis indirect, karena isi hernia harus melalui kanalis inguinalis lebih dahulu sebelum masuk kedalam kantong hernia. Dapat disebabkan oleh factor congenital Karen tetap terbentuknya prosesus vaginalis pada saat hewan dilahirkan.

Pada hernia reponibilis, setelah isi hernia didorong secara perlahan kedalam perut maka ujung jari akan dapat meraba cincin hernia yang longgar. Apabila jari tetap di cincin hernia dan oleh suatu sebab tekanan dalam perut meninggi, maka ujung jari tersebut akan dapat merasakan tekanan atau desakan dari usus atau organ lain yang akan memasuki kantong hernia. Hernia ini jarang akan menutup sendiri, kantong hernia cenderung terus membesar. Tindakan permanent adalah melakukan herniotomi.

e) Hernia Inguinalais Medialis

Hernia ini tidak memlalui kanalis inguinalis sehingga disebut juga sebagai hernia inguinalis dirct. Kantong hernia berada di luar tunika vaginalis, cincin hernia terdapat di depan annulus inguinalis eksternus. Benjolan hernia terdapat di lebih proksimal dan lebih jauh dari ligamentum inguinalis, dibandingkan dengan hernia inguinalis lateralis. Heria ini jarang menyebabkan ingkarserata.

f )  Henia Kruralis

Hernia ini melelui arkus krurralis jarang pada hewan. Terdapat di bahagian dalam (medial) paha antara otot sartorius dan grasilis. Apabila memerlukan operasi (herniotomi), hati-hati terhadap kemungkinan terpotongnya arteri femoralis yang berada dekat dengan cicin hernia.

g) Hernia Perinealis

Hernia ini ditemuak dekat anus atau vulva, antara ekor dengan tuberkulum iskhadikum. Hernia yang sering pada anjing tua ini biasanya mengandung buih-buih di dalamnya. Factor pencetus hernia ini adalah tekanan dalam perut yang sering meninggi, misalnya karena terdapat obstipasi atau pembesaran prostate.

h) Hernia Ventralis

Adalah hernia pada dinding perut, selain hernia inguinalis dan hernia umbilikalis. Kelemahan dinding perut yang mengakibatkan hernia ini sering disebabkan oleh trauma, atau kehamilan yang menyebabkan peninggian tekanan dalam rongga perut. Hernia ventralis jarang mengakibatkan ingkarserrata.

Diagnosa

Diagnosa didasarkan dengan inspeksi dan palpasi pada daerah abdomen yang membengkak yang  mengalami hernia dan adanya cincin hernia, tetapi untuk mendukung diagnosa menjadi lebih tepat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan USG (Ultra Sound Grafik) maupun dengan menggunakan foto X-Ray (Williams, 1997).

Gejala Klinis

Bagian abdomen kucing terlihat membesar dan mengeras. Pada daerah yang membesar tersebut dapat direposisi melalui suatu lubang yang membentuk cincin di bagian abdomen. Pada bagian medianus abdomen, terdapat jahitan bekas operasi.

RIWAYAT PASIEN

Kucing lokal (Felis domesticus) umur 2 tahun jenis kelamin betina dengan berat badan 3,9 kg, tempramen jinak, pernah dilakukan laparotomy medianus posterior saat operasi pengangkatan ovarium (ovarectomy), seminggu pasca operasi  mengalami pembengkakan pada bahagian abdomen tepatnya pada daerah bekas luka jahitan.

Pesiapan Operasi

Sebelumnya hewan di premidikasi dengan antropin sulfate dengan dosis 0,04 mg/kg bb dan 10 menit kemudian di anastesi dengan xylazine 2% dengan dosis 1 mg/kg bb yang di kombinasikan dengan ketamin 10% dengan dosis 10 mg/kg bb secara IM, selama operasi berlangsung pasien di kontrol frekuensi pulsus dan nafasnya.


Teknik Operasi

Hewan di letakkan dengan posisi dorsal recombency, dilakukan penyayatan di daerah abdomen dengan teknik laparotomi medianus posterior. Penyayatan dilakukan pada linea alba (medianus), 3-5 cm di posterior umbilikalis. Lapisan kulit disayat menggunakan scalpel. Sayatan bersifat lurus dan langsung (tidak terputus) sepanjang 2-3 cm. Lapisan subkutis dipreparir kemudian dijepit menggunakan alis forcep bersama kulit. Penjepitan dilakukan pada masing-masing ujung sayatan. Lubang dilebarkan menggunakan scissors blun-sharp. Cincin hernia dicari dan tepi kedua belah cincin di lakukan debridement sebelum di jahit, kemudian organ-organ yang keluar dari cincin tersebut dimasukkan kembali dan rongga abdomen diberi antibiotik penstrep secara tropical. Ujung tepi sayatan di lakukan debridemant dan disemprotkan H2O2 3% , Peritoneum dijahit menggunakan jarum bundar, dengan pola jahitan simple interrupted mengunakan silk 3/0. Ujung-ujung otot abdominal dijahit menggunakan jarum bundar dengan pola jahitan simple continous dengan menggunakan benang cat gut chromic 3/0. Kulit dan subkutis dijahit menggunakan jarum segitiga dengan pola  jahitan simple interrupted dengan benang nilon. daerah jahitan di desenfeksi dengan Iodin tincture 3% dan di taburkan wonder dust dengan salap zinc oxytetracyclin. Pasang Elizabeth coller dan ditempatkan di kandang yang bersih. injeksi Penstrep 0,5 cc dan Vit becomplek 0,5 cc intramuscular.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan status present, bagian abdomen kucing membesar dan ada bagian yang menonjol di abdominal umbilical. Di bagian ventral yang menonjol tersebut terdapat cincin dan ketika dilakukan palpasi, jaringan yang berada di dalam lubang cincin dapat keluar-masuk. Pada bagian umbilicalis ventral, terdapat bekas luka sayatan dan jahitan. kondisi tersebut dikarenakan kucing ini sebelumnya pernah dilakukan tindak operasi pada bagian abdomen. Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kucing tersebut mengalami hernia abdominalis. Keadaan fisiologis kucing (denyut jantung, nafas dan suhu tubuh) berada dalam kisaran normal, dengan demikian kucing layak untuk dilakukan tindak operasi.

Setelah penyayatan melewati bagian otot-otot abdomen, terlihat rongga abdomen berisi usus yang keluar dari lapisan peritoneum. Pertama-tama usus dikeluarkan terlebih dahulu dari rongga abdomen untuk mencari cincin hernia. Setelah diamati ternyata cincin hernia telah mengalami pelebaran dan lapisan peritoneum dan omentum mengalami penipisan. Kondisi seperti ini mempersulit proses pencarian batas-batas cincin hernia. Usus kembali dimasukkan ke rongga abdomen kemudian ujung-ujung peritoneum dan omentum diambil dan difiksir menggunakan alis forcep sehingga orientasi titik-titik penjahitan dapat terlihat jelas. Sebelum dilakukan penjahitan, disemprotkan penstrep  cair secara topikal secukupnya ke dalam rongga abdomen untuk mencegah infeksi.

Diagnosa hernia perlu memperhatikan signalemen, anamnese, dan temuan klinis. Pada umumnya hewan yang mengalami hernia abdominalis atau umbilikalis adalah hewan muda (Hedlund et al. 2002). Hernia terjadi 90% pada hewan muda dan bersifat kongenital. Sisanya disebabkan oleh trauma yang dialami hewan tersebut (Foster 2009). Diagnosa hernia dapat dilakukan melalui palpasi dengan menemukan cincin hernia pada kucing dimana organ dari dalam rongga abdominal akan keluar. Bila diinspeksi, terlihat adanya benjolan akibat usus yang keluar dibawah kulit melewati cincin (Primovic 2009).

Tindakan bedah merupakan satu-satunya terapi yang tepat untuk mencegah terjadinya hernia. Tindakan bedah dilakukan dengan cara menjahit lubang atau cincin hernia (Foster 2009). Menurut Rahman (2010), terdapat beberapa metode untuk memperbaiki hernia, yaitu: 1).Perbaikan secara tradisional yaitu insisi dilakukan di atas lokasi hernia. Jaringan yang keluar dikembalikan kembali ke dalam ruang abdomen. Kantong dilepaskan dan jaringan yang kuat dijahit diatas kerusakan. Tipe perbaikan ini dapat menyebabkan tekanan dan jaringan yang dijahit diatasnya dapat menyebabkan rasa sakit. Kemungkinan terulangnya hernia juga tinggi. 2). Perbaikan tanpa tegangan yaitu Sebuah lubang khusus digunakan untuk memperbaiki daerah yang lemah. Prosedur ini dapat memperbaiki area yang rusak tanpa adanya tekanan pada jaringan. 3). Laparoskopi yaitu Pada laparoskopi, dilakukan insisi yang kecil pada abdomen. Melalui lubang tersebut dilakukan operasi perbaikan hernia.

Tindakan bedah yang dilakukan adalah operasi hernia dengan orientasi laparotomi medianus posterior. Sayatan pada daerah orientasi dilakukan tepat di bekas jahitan operasi sebelumnya. Proses penyayatan kulit dan subkutis dapat dilakukan dengan lancar. Pada kasus hernia ini, bagian otot pada daerah sayatan telah melekat dengan kulit. Hal ini disebabkan kondisi kucing yang kemungkinan sebelumnya pernah dilakukan operasi pada daerah abdomen dan terjadi perlukaan pada daerah otot-otot abdomen, sehingga pada saat proses persembuhannya bagian subkutis dengan otot abdomen menyatu.

Lepasnya jahitan pada peritoneum menjadi penyebab terjadinya hernia hal ini di buktikan Saat dilakukan laparotomy medianus pada daerah abdomen tempat dimana pernah dilakukan tindakan operasi ovarectomy seminggu sebelum terjadi hernia.

Pada operasi laparotomi medianus titik sayatan pada linia alba abdominal lebih memiliki banyak resiko untuk terjadi hernia abdominal  dari pada titik operasi pada daerah flank hal ini karena tekanan tinggi pada daerah peritoneum yang dapat menyebabkan robeknya tepi jahitan pada jaringan peritoneum sebelum kedua tepi bersatu. Menurut Wind dan Rich (1987) Kurangnya vaskularisasi pada peritoneum mengakibatkan lamanya pembentukan kolagen dan proses angiogenesis pada kedua tepi peritoneum yang menyebabkan jaringan bersifat hipoksi. Sehingga di butuhkan jahitan bantu untuk mengurangi tegangan pada peritoneum dan menggunakan benang yang lama diserap (low absorbable) ataupun yang tidak di serap (non absorbable).

Sebelum dilakukan operasi, kucing diberikan obat preanastesi dengan menyuntikkan atropin intrasubcutan untuk mencegah terjadinya muntah. Atropin termasuk antimuskarinik agen, yang bekerja dengan cara menurunkan kontraksi otot polos, sehingga digunakan sebagai preanastetik untuk mencegah atau mengurangi sekresi saluran pernafasan dan mencegah muntah. Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus (Sardjana dan Kusumawati 2004). Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama kerja obat 30-40 jam dan recovery lama, 100-150 menit (Lumley 1990). Menurut Kumar (1997) dosis ketamin pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg diberikan secara intramuskular. Menurut Sardjana dan Kusumawati (2004) Xylazine menimbulkan efek relaksasi muskulus dan analgesi. Sedangkan ketamin menyebabkan pendepresan kardiovaskuler dan respirasi .

Menurut Kumar (1996), obat-obatan preanastesi digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum pemberian agen anestesi baik itu anastesi lokal, regional ataupun umum. Tujuan pemberian agen preanestesi tersebut adalah untuk mengurangi sekresi kelenjar ludah, meningkatkan keamanan pada saat pemberian agen anestesi, memperlancar induksi anestesi, mencegah efek bradikardi dan muntah setelah ataupun selama anestesi, mendepres reflek vagovagal, mengurangi rasa sakit dan gerakan yang tidak terkendali selama recovery. Ganiswara (2001) menambahkan atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau parasimpatolitik. Atropin sebagai prototip antimuskarinik mempunyai kerja menghambat efek asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase.

KESIMPULAN

Keadaan hernia abdominalis pada ventral abdomen dapat dikembalikan masuk ke rongga abdomen dengan sempurna. Karena kucing terlalu aktif, pada hari ke-2 post operasi ovarectomy, terjadi pembesaran bagian abdomen dan teraba lubang hernia. Dari proses terapi operasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kondisi jaringan peritoneum dan otot abdomen kucing yang menipis dan rapuh menyebabkan terlepasnya jahitan pada peritoneum.

Pada operasi laparotomi medianus titik sayatan pada linia alba abdominal lebih memiliki banyak resiko untuk terjadi hernia abdominal  dari pada titik operasi pada daerah flank hal ini karena tekanan tinggi pada daerah peritoneum yang dapat menyebabkan robeknya tepi jaahitan pada jaringan peritoneum sebelum kedua tepi bersatu. Kurangnya vaskularisasi pada peritoneum mengakibatkan lamanya pembentukan kolagen dan proses angiogenesis pada kedua tepi peritoneum yang menyebabkan jaringan bersifat hipoksi. Sehingga di butuhkan jahitan bantu untuk mengurangi tegangan pada peritoneum dan menggunakan benang yang lama diserap (low absorbable) ataupun yang tidak di serap (non absorbable).